5 Agu 2011

Ibu


… “Ummuhu wahnan ‘alaa wahnin wa fishaaluhuu fii ‘aamaini” … *

… Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah, yang bertambah-tambah lemah, dan menyapihnya dalam dua tahun …

Begitulah Allah SWT mengabadikan perjuangan dan pengorbananmu

Selama membesarkanku

Ibu, engkau bukan hanya kasih tapi rasa itu sendiri

Hanya Ibu yang bisa marah karena cinta

Dan tetap sayang meski sedang murka

Hanya Ibu yang menangis kala bahagia

Dan tersenyum disaat berduka

Engkau tidak hanya tempat mendidik atau guru tapi ilmu itu sendiri

Yang mengajariku mulai dari membuka mata pertama hadir di dunia

Sampai memaknai seisi dunia

Membimbingku mulai dari melafal kata pertama tanpa makna

Hingga membaca keagungan alam raya

Mendukungku mulai dari langkah pertama

Sampai mengarungi kehidupan fana

Engkau bahu paling kuat dan nyaman untuk menyandarkan lelahku

Engkau belai paling lembut untuk meredakan sedihku

Engkau dekap paling aman untuk menghalau takutku

Engkau do’a paling mustajab yang mengiringi hidupku

Engkau bersedia mati untuk hidupku

Engkau memilih sakit untuk sehatku

Engkau pun rela sengsara untuk bahagiaku

Hanya padamu Ibu, bakti tertinggi seorang lelaki

Bahkan surga pun tunduk di bawah telapak kaki

Sehingga ketika Rosul SAW ditanya tentang siapa yang paling berhak memiliki bakti tertinggi

Maka beliau pun menyebut namamu tiga kali

Duhai tentu benar jika untuk Ibu

Meki kulalukan apa saja, kuberikan apa saja, kubawa kemana saja

Kurawat dan kulayani sepanjang tidur dan terjaga

Kata Umar RA itu belumlah cukup

Karena dulu Ibu melakukannya sambil berdo’a untuk kehidupanku

Sedangkan aku melakukannya sambil menanti kematianmu

Apalagi yang bisa aku persembahkan padamu Ibu

Jika Allah dan Rasul-Nya memuliakanmu serupa itu

Hanya sebaris doa kala mengingatmu

“Allahummaghfirlahaa, warhamhaa, wa ’afihaa, wa’fu ‘anhaa”

* QS. Luqman : 14


By:

4 Agu 2011

Tunggu Aku

Aku berangkat bersama senja
Teriring adzan yang menggema
Titik-titik air menerpa wajahku
Dan angin menghembusku dalam beku
Bengawan meluapkan airnya sampai tepi
Berkas cahaya kilat merobek kabut tipis tepian sungai
Gemuruhnya sanggup membuyarkan sepi

Aku berangkat untuk bertemu
Kuharap kau tak ragu dan lelah menunggu

By:

3 Agu 2011

Mengikat Matahari

Derak-derak roda kereta mengiringiku dalam tiga jam dari ‘Pusar Dunia’ Cuzco
Menuju puncak bukit yang menyimpan situs kuno
Machu Picchu yang telah berdiri hampir lima setengah abad
Puncak tua yang begitu agung menantang perubahan jagad
Tetap bertahan dari pergerakan sebuah ramalan
Akan menghilang ditelan jaman
Aku berjalan menyusuri setapak jalan di pinggang bukit
Menyapa beberapa ilama dari keluarga kameloid
Dan berhenti di Inhuitana
Tempat para pendeta melangsungkan upacara
Mengikat matahari ke tonggak batu
Agar tak hilang di titik balik musim dingin
Dimasa imperium Inca berkuasa
Tempat para pendatang membuka jiwa
Menyandarkan raga, pikir dan ingin
Menyelaraskan rasa untuk satu
Energi yang luar biasa

Kusentuhkan kening diatas lantai Inhuitana yang basah
Oleh sejuk embun yang turun
Terbuai ketenangan yang mengalun
Berputar, berpusar dan menggulung
Menyeretku dalam arus kekuatan Maha Agung
Saat kuangkat wajah
Aku telah berada diatas sajadah merah
Lamat-lamat terdengar adzan terlantun
Diujung malam dari surau kampung

By: 

STATUS FB TERBAU 2015