Mereka pasrah setelah upaya mencari Meri selama ini tidak membuahkan hasil. Namun kepasrahan dan penantian panjang mereka berubah menjadi kebahagiaan ketika Meri ditemukan hari Rabu (21/12).
Yusnidar menuturkan kepada Serambinews.com hari Jumat (23/12) "Awalnya saya sempat ragu. Tetapi setelah dilakukan pemeriksaan pada beberapa tanda di tubuh Meri yakni bagian luka di perut dan tahi lalat di mata, saya yakin bahwa Meri merupakan anak kedua saya yang pernah hilang pada musibah tsunami lalu," .
Yusniar menceritakan ketika terjadi tsunami dirinya lari bersama suami dan tiga anaknya. Meri dan kakak Meri, Yuli, diselamatkan di sebuah rumah yang lebih tinggi dengan harapan bisa terhindar dari gelombang laut.
Namun rumah tersebut langsung saja disapu air dan sejak itu Yusniar dan suami tidak melihat lagi Meri dan Yuli. Yusniar mengatakan ia dan suami memperkirakan Meri tidak selamat dari bencana ini. Dari pengakuan Meri terungkap ia dibesarkan oleh seorang perempuan warga Banda Aceh. Meri, menurut Yusniar, dipaksa menjadi pengemis dengan meminta uang di jalan-jalan Banda Aceh.
Perlakuan buruk dari wanita membuat Meri melarikan diri. Beberapa laporan lain menyebutkan wanita tersebut tidak bisa lagi menghidupi Meri dan mengirim Meri ke Meulaboh dengan bus antarkota. Ketika hidup bersama wanita ini nama Meri diganti menjadi Herawati. Tarmius dan Yusnidar mengatakan sangat berbahagia bisa menemukan Meri.
"Ketika ia melihat ibunya ia berteriak 'mama' dan langsung memeluknya," kata Tarmius kepada kantor berita AFP. "Keduanya menangis terharu," lanjut Tarmius. Tsunami di Aceh yang dipicu oleh gempa hebat 9,1 pada skala Richter membuat tidak kurang dari 220.000 tewas atau hilang diantaranya adalah Kakak kandung Meri, Yulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar