Melalui program nuklirnya, AS dan sekutunya yakin Iran berusaha mengembangkan senjata nuklir. Iran selalu membantah hal ini, dengan mengatakan program nuklir itu tidak disiapkan sebagai kebutuhan militer. Dalam berbagai keterangannya, Iran menyatakan, mereka membutuhkan teknologi nuklir untuk menghasilkan listrik untuk memenuhi permintaan pasar domestik. Bagaimanapun, Iran belakangan dilaporkan siap melakukan pembicaraan terkait program nuklir ini.
Rudal Shahab
Pejabat terkait Iran, demikian menurut laporan kantor berita Mehr yang dikutip Reuters, mengatakan, telah menulis surat ke Uni Eropa untuk menunjukkan kesiapan mereka dalam perundingan terbaru soal nuklir. Namun di tengah upaya pembicaraan ini, hubungan Iran dan negara Barat kembali panas, setelah Iran menggelar latihan perang di kawasan Teluk. Negara-negara Barat sebelumnya meluncurkan sanksi baru atas Teheran, menyusul laporan PBB, November lalu, yang mengatakan Iran telah melakukan uji coba terkait dengan "pengembangan perangkat nuklir".
Ancaman sanksi ini menyulut amarah Teheran, yang kemudian mengancam untuk menutup Selat Hormuz. Wakil Presiden Iran Mohammad Reza Rahimi, Selasa (27/12) lalu, memperingatkan bahwa "tidak setetes minyak akan melewati Selat Hormuz" jika sanksi itu benar-benar dijatuhkan. Selat Hormuz merupkan salah-satu jalur penting minyak, yang menghubungkan negara-negara penghasil minyak -- Bahrain, Kuwait, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab -- ke Samudera Hindia.
Sekitar 40% kapal-kapal tanker yang membawa minyak untuk kebutuhan dunia melewati selat ini. AS sendiri sejauh ini juga mempertahankan kehadiran pasukan angkatan lautnya di kawasan Teluk. Pada 2009 lalu, Iran melakukan uji coba rudal jarak jauh yang diberi nama "Sajjil" dan "Shahab" yang mampu menjelajah sampai 2,000 km, yang kemudian mendapat kecaman dunia internasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar